JAKARTA, celebrities.id Dewa dewi dalam agama Hindu beserta tugasnya bersifat esa dan berperan sebagai sosok penguasa mutlak nan kekal.Namun, dewa dewi tersebut juga mewujud sesuai tugasnya masing-masing dalam menjaga keseimbangan alam.
Mengutip dari berbagai sumber, Selasa (22/2/2022), berikut ini dewa dewi dalam agama Hindu yang paling populer dan juga tugas-tugas yang mereka emban.
Dewa-Dewi dalam agama Hindu yang pertama adalah Brahma. Dewa Brahma adalah bagian pertama dari Tritunggal yang bertugas sebagai pencipta semesta.
Dalam mitologi Hindu, Dewa Brahma lahir bukan dari rahim seorang ibu melainkan dari sebuah bunga teratai.
Dewa-Dewi dalam agama Hindu yang ke-dua adalah Wisnu. Seperti Dewa Brahma, Dewa Wisnu adalah bagian dari Tritunggal yang tugasnya mempertahankan keharmonisan alam semesta. Nantinya, tugas Dewa Wisnu akan dilanjutkan dengan anggota Tritunggal ke-tiga.
Dewa-Dewi dalam agama Hindu yang ke-tiga adalah Siwa. Melanjutkan tugas Dewa Wisnu, Dewa Siwa berperan sebagai pelebur alam semesta dan mempersiapkannya untuk penciptaan kembali. Dengan tugasnya ini, siklus kehidupan pun akan dimulai kembali di tangan Dewa Brahma.
Dewa-Dewi dalam agama Hindu yang selanjutnya adalah Ganesha. Dikenal berkepala gajah, Dewa Ganesha adalah dewa ilmu pengetahuan dan juga kebijaksanaan. Meski Tuhan punya konsep tak beranak dan diperanakkan, dalam panteon Hindu Dewa Ganesha adalah putra dari Dewa Siwa.
Dewa-Dewi dalam agama Hindu yang berikutnya adalah Sri. Sering disebut oleh orang tua ketika anak-anaknya enggan menghabiskan makanan, Dewi Sri adalah seorang Dewi yang bertugas untuk mengatur pangan serta pertanian di alam semesta.
Dewa-Dewi dalam agama Hindu yang terakhir adalah Agni. Merupakan Dewa Api, Dewa Agni berperan sebagai pemimpin upacara dan juga duta untuk para Dewa. Ia dikenal sebagai Dewa Api karena tubuhnya yang digambarkan berwarna merah dan rambut yang mirip kobaran api.
Dewa (Dewanagari: देव; ,IAST: Deva, देव) adalah kata dari bahasa Sanskerta yang berarti "terang", "mulia", "makhluk surgawi", "makhluk ilahi", "hal yang cemerlang",[1] dan dapat mengacu kepada suatu golongan makhluk gaib dalam agama Hindu.[2] Dewa merupakan istilah maskulin; padanan feminin untuk istilah tersebut ialah Dewi. Kata tersebut sepadan dengan istilah Latin "Deus" dan Yunani "Zeus".
Dalam sastra Weda Kuno, seluruh makhluk gaib dapat disebut "dewa"[3][4][5] dan asura.[6][7] Konsep tersebut akhirnya mengalami perkembangan dalam kesusastraan India Kuno, dan pada akhir periode Weda, makhluk gaib yang baik disebut Dewa-asura. Dalam sastra Hindu pasca-periode Weda, seperti Purana dan Itihasa, para dewa merupakan makhluk baik, sedangkan asura makhluk jahat. Dalam sejumlah karya sastra India Abad Pertengahan, para dewa juga disebut sebagai "sura", dan sifatnya bertolak belakang dengan saudara tiri mereka yang sama-sama sakti, yang disebut sebagai "asura".[8]
Para dewa, demikian pula para asura, yaksa (roh penunggu alam), dan raksasa (monster, setan), merupakan bagian dari mitologi India. Para dewa muncul dalam berbagai kisah-kisah kosmologis dalam agama Hindu.[9][10]
Dalam tradisi Hindu umumnya seperti Adwaita wedanta dan Agama Hindu Dharma, Dewa dipandang sebagai manifestasi Brahman dan enggan dipuja sebagai Tuhan tersendiri dan para dewa setara derajatnya dengan dewa lain. Namun dalam filsafat Hindu Dwaita, para dewa tertentu memiliki sekte tertentu pula yang memujanya sebagai Dewa tertinggi. Dalam hal ini, beberapa sekte memiliki paham monoteisme terhadap Dewa tertentu (lihat: Waisnawa).
Kata “dewa” (deva) berasal dari kata “div” yang berarti “bersinar”. Dalam bahasa Latin “deus” berarti “dewa” dan “divus” berarti bersifat ketuhanan. Dalam bahasa Inggris istilah Dewa sama dengan “deity”, dalam bahasa Prancis “dieu” dan dalam bahasa Italia “dio”. Dalam bahasa Lithuania, kata yang sama dengan “deva” adalah “dievas”, bahasa Latvia: “dievs”, Prussia: “deiwas”. Kata-kata tersebut dianggap memiliki makna sama. “Devi” (atau Dewi) adalah sebutan untuk Dewa berjenis kelamin wanita. Para Dewa (jamak) disebut dengan istilah “Devatā” (dewata).
Dalam kitab suci Regweda, Weda yang pertama, disebutkan adanya 33 Dewa, yang mana ketiga puluh tiga Dewa tersebut merupakan manifestasi dari kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Dewa yang banyak disebut adalah Indra, Agni, Baruna dan Soma. Baruna, adalah Dewa yang juga seorang Asura. Menurut ajaran agama Hindu, Para Dewa (misalnya Baruna, Agni, Bayu) mengatur unsur-unsur alam seperti air, api, angin, dan sebagainya. Mereka menyatakan dirinya di bawah derajat Tuhan yang agung. Mereka tidak sama dan tidak sederajat dengan Tuhan Yang Maha Esa, melainkan manifestasi Tuhan (Brahman) itu sendiri.
Dalam kitab-kitab Weda dinyatakan bahwa para Dewa tidak dapat bergerak bebas tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa juga tidak dapat menganugerahkan sesuatu tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa, sama seperti makhluk hidup yang lainnya, bergantung kepada kehendak Tuhan. Dalam kitab suci Bhagawadgita diterangkan bahwa hanya memuja Dewa saja bukanlah perilaku penyembah yang baik, hendaknya penyembah para Dewa tidak melupakan Tuhan yang menganugerahi berkah sesungguhnya. Para Dewa hanyalah perantara Tuhan. Tuhan Yang Maha Esa melalui perantara Kresna bersabda:
sa tayā śraddhayā yuktas, tasyārādhanam īhate, labhate ca tatah kaman, mayaiva vihitān hi tān.
— Bhagawadgita (7:22)
Setelah diberi kepercayaan tersebut, mereka berusaha menyembah Dewa tertentu dan memperoleh apa yang diinginkannya. Namun sesungguhnya hanya Aku sendiri yang menganugerahkan berkat-berkat tersebut.
SuaraBali.id - Dalam agama Hindu dipercaya ada 3 dewa tertinggi. Dewa tertinggi dalam agama Hindu disebut sebagai Trimurti atau Dewa Trimurti.
Ketiganya adalah Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Shiwa. Agama Hindu merupakan salah satu agama yang memiliki pengaruh cukup besar di Nusantara. Pengaruh Hindu sudah terlihat dari abad ke empat masehi
Berikut penjelasan Dewa tertinggi dalam agama Hindu:
Baca Juga:Daftar Hari Besar Agama Hindu, Ternyata Banyak, Bukan Cuma Hari Raya Nyepi
Dalam filsafat Adwaita, Dewa Brahma dipandang sebagai salah satu manifestasi dari Brahman yang dianggap sebagai Dewa pencipta, jiwa tertinggi yang abadi dan muncul dengan sendirinya.
Menurut Kitab Satapatha Brahmana, dijelaskan bahwa Dewa Brahma yang menciptakan, menempatkan, dan memberi tugas dewi dewi lain.
Dalam Kitab Mahabharata dan Purana, disebutkan bahwa Dewa Brahma merupakan leluhur dunia yang muncul dari pusar Dewa Wisnu.
Sebagai pencipta dunia, Dewa Brahma Dikenal dengan nama Hiranyagarbha atau Prajapati.
Dewa Brahma digambarkan sebagai sosok Dewa dengan empat muka menghadap ke empat penjuru arah mata angin yang melambangkan kekuasaan terhadap Catur Weda, Catur Yoga, dan Catur Warna.
Baca Juga:Konsep Tuhan Dalam Agama Hindu dan Aliran Utama
Sosok Dewa Brahma juga digambarkan memiliki empat tangan yang memegang alat alat yakni Aksamala / tasbih ( simbol tiada awal dan tiada akhir ), Sruk dan Surva ( simbol Upacara Yad ), Kamandalu / kendi ( simbol keabadian ), dan Pustaka ( simbol ilmu pengetahuan ).
Dewa Brahma disandingkan dengan Dewi Saraswati sebagai Dewi ilmu pengetahuan yang merupakan sebuah makna bahwa penciptaan atau suatu karya tanpa landasan ilmu pengetahuan adalah sia sia.
Dewa Wisnu atau disebut dengan Sri Wisnu atau Narayana merupakan Dewa tertinggi yang memiliki gelar shtiti ( pemelihara ) yang bertugas memelihara dan melindungi segala ciptaan Brahman.
Dalam filsafat Hindu Waisnawa ia dipandang sebagai roh suci dan Dewa tertinggi, akan tetapi dalam legenda lain Dewa Brahma adalah Dewa tertinggi.
Dilukiskan dalam Purana sebagai Dewa yang berkulit biru gelap, berlengan empat dan masing masing memegang terompet kulit kerang bernama Panchajanya (simbol kreativitas), cakram yang bernama Sudarshana (simbol pikiran baik), gada yang bernama Komodaki (simbol keberadaan individual), dan Bunga Lotus atau Padma (simbol kebebasan).
Dewa Wisnu merupakan wujud Tuhan Yang Maha Kuasa dengan memiliki enam sifat ketuhanan, antara lain :
Jnana, mengetahui segala sesuatu yang terjadi di alam semesta.
Aishvarya, maha kuasa yang berarti tidak ada yang dapat mengaturnya.
Shakti, memiliki kekuatan yang membuat apa yang tak mungkin menjadi mungkin.
Bala, maha kuat yang berarti mampu menopang segalanya tanpa merasa lelah.
Virya, kekuatan rohani sebagai roh suci dalam semua makhluk.
Tejas, memberi cahaya spiritualnya kepada semua makhluk.
Dalam beberapa ajaran juga menyebutkan bahwa perwujudan Dewa Wisnu ada banyak aspek dan wujud yang berbeda beda.
Syiwa atau Shiwa adalah Dewa ketiga dari tiga Dewa utama ( Trimurti ).
Dalam ajaran Agama Hindu, Syiwa adalah Dewa pelebur, bertugas melebur segala sesuatu yang sudah tidak layak berada di dunia fana untuk dikembalikan ke asalnya.
Umat Hindu Bali memuja Dewa Syiwa di Pura Dalem, sebagai Dewa yang mengembalikan manusia dan makhluk hidup lain ke unsurnya. Dalam tradisi Indonesia lain, Dewa Syiwa juga disebut dengan Batara Guru.
Perwujudan Dewa Syiwa diyakini memiliki tiga mata ( tri netra ), mengenakan hiasan kepala berbentuk ardha Chandra ( bulan sabit ), mengenakan hiasan di leher dari ular kobra, mengenakan ikat pinggang dari kulit harimau, berkendaraan Lembu Nandini, serta bertangan empat yang masing masing membawa Trisula, camara, tasbih, dan Kendi.
Jika simbol dari Trimurti digabungkan maka akan menjadi “ AUM “ dibaca “ OM” yang merupakan simbol suci Agama Hindu.
Kontributor : Jeffri Jeff
Item is already in your registry
Dalam Hinduisme, dewa dan dewi bukanlah Tuhan tersendiri yang menyaingi Brahman. Dalam Hinduisme ada banyak kepribadian, atau perwujudan, yang dipuja sebagai Dewa atau Murti. Hinduisme menyatakan bahwa mereka adalah aspek dari Brahman yang mulia; Awatara dari makhluk tertinggi (Bhagawan); atau dianggap makhluk yang berkuasa yang dikenal sebagai Dewa. Pemujaan terhadap setiap Dewa bervariasi di antara tradisi dan filsafat Hindu yang berbeda. Seringkali makhluk tersebut digambarkan berwujud manusia, atau setengah manusia, dengan ikonografi yang unik dan lengkap dalam setiap kasus.
Bhagawan adalah istilah yang dipakai untuk merujuk kepada aspek dari kepribadian Tuhan, bukan untuk dewa-dewi tertentu. Bhagawan tak memiliki jenis kelamin tertentu, bisa dipandang sebagai ayah atau ibu. Kebanyakan umat Hindu, dalam praktik pemujaan sehari-hari, memuja beberapa wujud dari aspek Tuhan tersebut, meskipun mereka percaya terhadap banyak konsep Brahman yang abstrak. Hal ini memungkinkan memuja Tuhan dengan perantara simbol atau gambar, atau membayangkan Tuhan sebagai wujud tertentu.
Terdapat berbagai nama serta gambar dan simbol-simbol yang berbeda, tergantung aspek yang mana yang dipuja. Sebagai contoh, ketika Tuhan bergelar sebagai pencipta, ia disebut Brahma oleh umat Hindu. Ketika Tuhan bergelar sebagai pemelihara, umat Hindu menyebutnya Wisnu. Ketika Tuhan bergelar sebagai pemusnah dunia, ia disebut Siwa.
Beberapa aspek individual dari Tuhan tersebut juga memiliki nama dan gambaran yang berbeda. Sebagai contoh, Kresna dan Rama dianggap sebagai penjelmaan Wisnu. Berbagai Dewa dan gambarannya yang ditemukan dalam agama Hindu dianggap merupakan manifestasi dari satu Tuhan, yang disebut Bhagawan dalam aspek kepribadian dan disebut Brahman ketika dianggap sebagai konsep abstrak.
Dalam agama Hindu, Trimurti (atau Tritunggal Hindu) adalah tiga aspek Tuhan dalam wujudnya sebagai Brahma, Wisnu, dan Siwa.
Agama Hindu menyebut adanya banyak dewa individual. Berbagai dewa dan dewi adalah personifikasi dari aspek Tuhan yang esa dan sama (Iswara). Sebagai contoh, ketika umat Hindu membayangkan Iswara sebagai pemberi ilmu dan pengetahuan, aspek Iswara tersebut diidentifikasi sebagai Dewi Saraswati. Dewi Laksmi adalah personifikasi Iswara sebagai pemberi kekayaan dan kemakmuran. Tidak berarti bahwa Iswara adalah penguasa segala dewa-dewi. Iswara hanyalah nama yang digunakan untuk merujuk kepada kepribadian Tuhan secara umum, dan tidak merujuk kepada dewa-dewi tertentu.
Beberapa perkumpulan sekte agama Hindu, seperti Waisnawa dan Smartisme, memberi pelajaran bahwa Tuhan turun ke bumi dalam wujud manusia atau makhluk tertentu untuk membantu mereka menemukan pencerahan dan kebebasan (moksa). Inkarnasi dari Tuhan disebut Awatara. Hindu mengajarkan bahwa ada banyak awatara sepanjang sejarah dan terus bertambah. Maka Kresna, yang tidak hanya dianggap sebagai salah satu inkarnasi namun sumber segala inkarnasi, mengatakan:
Kapan pun dan dimana pun pelaksaan dharma merosot dan hal-hal yang bertentangan dengan dharma merajalela, pada waktu itulah Aku sendiri turun menjelma, wahai keturunan Bharata. Untuk menyelamatkan orang-orang saleh, membinasakan orang-orang jahat dan untuk menegakkan kembali prinsip-prisnsip dharma, Aku sendiri menjelma dari zaman ke zaman.
(Bhagawadgita, 4.7-8)
Penjelmaan Tuhan yang terkenal adalah Rama, yang riwayatnya diceritakan dalam Ramayana, dan Kresna, yang riwayatnya diceritakan dalam Mahabharata serta Srimad Bhagawatam (Bhagawatapurana).
Dewa-Dewi Hindu: Dewa Hindu, Dewi Hindu, Kresna, Ganesa, Rama, Wisnu, Sri, Nara Dan Narayana, Indra, Gangga, Sukra, Dattatreya, Batara Kala
General Books, 2011 - 64 Seiten
Sumber: Wikipedia. Halaman: 62. Bab: Dewa Hindu, Dewi Hindu, Kresna, Ganesa, Rama, Wisnu, Sri, Nara dan Narayana, Indra, Gangga, Sukra, Dattatreya, Batara Kala, Saraswati, Brahma, Diti, Daftar Dewa-Dewi Hindu, Siwa, Surya Majapahit, Agni, Baruna, Saranya, Laksmi, Tapati, Budha, Kartikeya, Bhairawa, Yama, Dyaus Pita, Parwati, Kali, Durga, Bayu, Trimurti, Kuwera, Radha, Kamajaya, Aditya, Witoba, Sani, Wrehaspati, Candra, Dhanwantari, Hayagriwa, Aditi, Aswin, Khatushyamji, Daksayani, Pertiwi, Anggaraka, Sawitri, Jagatnata, Kamaratih, Rewanta, Antariksa. Kutipan: Kresna IAST: dibaca ]) adalah salah satu dewa yang dipuja oleh umat Hindu, berwujud pria berkulit gelap atau biru tua, memakai dhoti kuning dan mahkota yang dihiasi bulu merak. Dalam seni lukis dan arca, umumnya ia digambarkan sedang bermain seruling sambil berdiri dengan kaki yang ditekuk ke samping. Legenda Hindu dalam kitab Purana dan Mahabharata menyatakan bahwa ia adalah putra kedelapan Basudewa dan Dewaki, bangsawan dari kerajaan Surasena, kerajaan mitologis di India Utara. Secara umum, ia dipuja sebagai awatara (inkarnasi) Dewa Wisnu kedelapan di antara sepuluh awatara Wisnu. Dalam beberapa tradisi perguruan Hindu, misalnya Gaudiya Waisnawa, ia dianggap sebagai manifestasi dari kebenaran mutlak, atau perwujudan Tuhan itu sendiri, dan dalam tafsiran kitab-kitab yang mengatasnamakan Wisnu atau Kresna, misalnya Bhagawatapurana, ia dimuliakan sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Bhagawatapurana, ia digambarkan sebagai sosok penggembala muda yang mahir bermain seruling, sedangkan dalam wiracarita Mahabharata ia dikenal sebagai sosok pemimpin yang bijaksana, sakti, dan berwibawa. Selain itu ia dikenal pula sebagai tokoh yang memberikan ajaran filosofis, dan umat Hindu meyakini Bhagawadgita sebagai kitab yang memuat kotbah Kresna kepada Arjuna tentang ilmu rohani. Kisah-kisah mengenai Kresna muncul secara luas di berbagai ruang lingkup agama Hindu, baik dalam tradisi filosofis maupun teologis. B...